Minggu, 17 Januari 2010

Tidak setiap orang bisa dihipnotis

Ketika kita sedang baca koran, ada judul jutaan rupiah raib seorang ibu kena hipnotis, di televisi diberitakan pula korban hipnotis. Hipnotis oleh sebagain orang digunakan untuk kejahatan, terutama meraup keuntungan dengan mudah. Namun sangat ironis, mengapa “si pelaku hipnotis” bisa diciduk polisi? Mengapa hipnotis tidak digunakan “si pelaku” agar tidak ditangkap polisi?

Sesuai dengan pembahasan kita saat ini, tidak setiap orang bisa dihipnotis.

Hipnotis hanya kena pada orang yang ingin dihipnotis. Ibu korban hipnotis secara sadar atau tidak sadar kena hipnotis karena dalam batinnya punya daya ingin. Maksudnya, ketika pelaku mendekat lalu terlibat dalam obrolan. Padahal kita belum kenal dengan orang tadi, lalu “si pelaku” mulai mempengaruhi lewat obrolan. Intinya pada saat terlibat dalam obrolan “si pelaku” sedang mencari titik lemah korban. Jika titik lemah korban di ketahui “si pelaku” maka pengaruhnya akan masuk, lalu berada dalam kendalinya.

Jika pelaku memulai dengan jalur obrolan biasanya diawali dengan kalimat-kalimat yang menyeret kita pada perasaan, empati, simpati, haru, berkesan, dan lain-lain. Itulah titik lemah calon korban, maka daya kontrol pikiran normal perlahan akan sirna dengan perasaan-perasaan tadi. Dalam hal umum kebanyakan korban hipnotis adalah ibu-ibu, mengapa? Karena perempuan terkadang lebih mempergunakan perasaan. Tidak menutup kemungkinan laki-laki pun jadi korban, itu pun ketika pikiran kita sedang tidak lemah/karuan. Maksudnya daya kontrol yang bersifat “rasional”.

Penangkal Hipnotis

Kenapa polisi yang menciduk “si pelaku” tidak bisa dihipnotis? Karena situasi daya kontrol saat melakukan penangkapan berada di atas pengaruh pelaku. Seandainya setiap orang bisa menjaga daya kontrol pikiran tidak akan bisa dipengaruhi hipnotis.

Orang yang daya kontrol pikirannya kuat, suka bercanda, rata-rata sulit untuk dihipnotis. Lalu tidak mudah terpengaruh obrolan orang yang baru dikenal, bahkan orang yang sudah lama kita kenal pun. Hendaklah kita lebih mengutamakan daya kontrol yang bersifat “rasional” ketimbang “emosional” (perasaan). Orang-orang semacam itulah yang sangat sulit untuk dipengaruhi oleh hipnotis.

Selasa, 12 Januari 2010

Tuhan…
hari itu aku berdosa
hari ini aku tobat
dan esok aku lupa akan akad ku…
aku tertawa bersama-Mu
saat aku bersujud
aku terbang ke dalam diri-Mu
aku memanja pada-Mu
entah apa yang membawaku kepada-Mu
tapi aku yakin bahwa aku telah berada pada-Mu
Tuhan…
tahukah Engkau bahwa ketika aku menangis
ternyata aku temukan kebahagiaan yang sebenarnya berikan
lewat tangisku..
Tuhan...
Daun daun harapan jatuh berguguran
Pohon pun hampa tanpa dedaunan
Langit tak kirimkan tetesan tetesan mimpi padanya
Ia kesepian tanpa haluan

Angin sepoi berlari menghampiri tuk sekedar melewati
Tapi tak ada lagi daun harapan yg menari
Tuk menghibur sang pohon

Mentari pagi coba redupkan kelabu hati
Cahayanya terang bawa seribu semangat dalam sinar
Sang pohon tak bereaksi
Ia terlelap dalam ketidakberdayaan menapaki langkah tanpa dedaunan
Ia tersiksa akan kecilnya diri di muka bumi

Mendung di sore hari
Tak membuatnya bersyukur akan nyawa yang Tuhan beri
Ia tetap bersedih hati
Mata hatinya tertutup daun harapan yang tlah jatuh ke tanah kematian

Kegelapan malam merangkak mendekati
Sang bulan dengan malu menampakkan diri
Jutaan bintang mengiringi

Mereka tawarkan ketenangan hati
Sang pohon tak menggubrisnya sama sekali
Jiwanya sekokoh akarnya
Tak bergeming sedikitpun meski dihempas badai hebat

Ia tetap menanti
Bunga bunga indah bermekaran di setiap ranting hari
Dan pelangi setelah langit menitikkan mimpi

Kapan itu terjadi?
Hanya Tuhan yang tau pasti
Sang waktu akan menunjukkannya esok hari

Powered By Blogger

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
saya orang nya baik dan ramah